Kamis, 04 Oktober 2012

Untuk Pengisi Hidup

Sunyi senyap menyelimuti kesini
Kelam menggoyakkan hati
mungkin segenap raga tak disini
melainkan hati yang terkikis sepi

Dahulu itu kau tak berhenti
membentangkan tali kehidupan,
yang berwarna pelangi
walau hujan dan petir tak hanya turun sekali

Kau melawan,
kau bungkam,
dengan segumpal kebersamaan
yang tak mati tertelan zaman

Menatap arti hidup
melangkah pagi
untuk mendapatkan malam
yang tak terlupakan

Memang kau disini
namun tak ku lihat lagi
canda tawa mu yang dulu
mengisi lembar hari ku

Namun ku mengerti
perjalanan hidup
kadang menyakitkan hati
menutupi sinar nurani

Ku tetap menanti
kehadiranmu kembali
dan meresapi
setiap kesendirian ini

Ku tetap menanti
cerita-cerita mu
yang tetap membahagiakan
setitik hati yang sepi ini

Ku tetap menanti
burung-burung merpati
yang kau kirimkan
walau tak terkendali

Ku tetap menanti
kapankah saat yang tepat
kau datang menyinari
cahaya redup itu tadi

Sungguh ku sesali
betapa cepatnya
perjalanan yang kita telusuri
dalam membuka belahan bumi

Memang kau pergi
hanya sementara ini
menyempurnakan diri
untuk kelak nanti

Usia pun kini menjamah
menutup ruang lingkup itu
termakan kedewasaan
yang terlalu mengekang

Terkadang ku sesali dewasa ini
mencabik bahagia
menelantarkan kebebasan
dan tinggallah kesendirian

Kemanakah arah angin itu?
mengapa bertiup kesemuanya?
membuat topan badai
dan menghancurkan segalanya

Beberapa bibit
yang kau temukan itu
kau rawat dengan baik
menciptakan langkah baru

Kau tak lagi membutuhkan
kedamaian lama yang pernah
mengarungimu ke hilir perjalanan
suatu kebersamaan

Sadarkah kau
setiap nafasmu
ku hadirkan kerinduan
dalam nadiku

Pengalaman,
kau sejenak menegurku
membuktikan siapa pendamping
yang dapat menemaniku

Teruntuk pengisi hidup
ku rindu hadirmu
yang mengisi rongga-rongga
setiap kekuranganku

Bukan salinanmu yang ku butuh
hanya sosok tubuh
Tuhan berikan
padamu

Dapatkah aku memilih
untuk menjalani kisah-kisahku
bersamamu hingga akhir ku,
wahai pengisi hidup?

Tidak,
menyeretmu kesini
tidak pula membuat ku
menggapai bahagia kita

Teruntuk pengisi hidup
biarlah seperti itu adanya
biarlah aku yang menanti
sesungguhnya perasaan ini
tetap membuatku sadar
bahwa kau memang tak ternilai
bukan uang
bukan pula suatu harta
hanya sebuah kerinduan
yang selalu hadir di setiap hari

Teruntuk pengisi hidup,
Nyanyian mu akan tetap selalu mengaun dalam setiap guratan nadi dan desah nafas ku...


Rizki
Jakarta, Oktober 2012